Spiritualitas

HIDUP DALAM KRISTUS

SPIRITUALITAS ST. GUIDO MARIA CONFORTI

 

YESUS KRISTUS SEBAGAI BATU PENJURU

Kehidupan spiritualitas  St. Conforti terangkum dalam dua motto, yaitu In Omnibus Christus (Kristus di dalam segalanya) dan Caritas Christi urget nos (Kasih Kristus mendesak kami). Di dalam kedua motto itu kita menemukan sintesis yang menyatakan pengalaman rohani dan gairah misionernya.

Dalam kedua motto itu tampaklah Kristus, dasar yang melandasi pertumbuhan kepribadian dan karya St. Conforti, yang harmonis dan penuh keberanian. Hal tersebut mulai dari pengalaman pertama yang membekas sejak masa kanak-kanaknya, yaitu ketika ia pertama kali berjumpa dengan kasih Kristus Tersalib untuk seluruh umat manusia. Pandangan kasih Kristus itulah yang terus memukaunya.

Kepada Kristus ia menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya: dalam pikiran dan perasaan hati, ketika berbicara dan ketika bekerja, dalam melaksanakan tugas di rumah dan sebagai warga Negara, maupun tugas keagamaan, di dalam segalanya, Ia memberikan diri kepada kita sebagai model.

Dalam Surat Gembala pertama kepada umat di Ravenna Conforti menulis: Pedoman dasar saya adalah yang saya tuliskan dalam lambing keuskupan saya, yaitu In omnibus Christus! Anak-anakku terkasih, dalam segala hal kita harus memandang Dia, sebab Dia adalah prinsip dan sumber segala kebaikan kita, baik yang kodrati maupun yang adikodrati.

St. Conforti, sambil menunjuk Kristus, ia menghimbau para misionarisnya untuk selalu memandang Yesus Kristus, model kekudusan yang tiada tara bagi semua, khususnya untuk seorang misionaris. Dengan demikian, diharapkan agar dia dapat menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya, agar tampaklah Yesus Kristus di dalam segalanya.

Pernyataan ini menampakkan peran sentral Kristus dalam hidupnya dan kerinduannya untuk membawaNya kepada semua bangs. Kata-kata itu mengungkapkan kasihnya dan totalitasnya keradikalannya dalam mengikuti Kristus, karena yakin bahwa dengan mengenal Dia, setiap manusia dapat memiliki kualitas hidup yang lebih pantas sebagai putra dan putri Allah.

 

Kristus yang diwahyukan dalam Sabda Allah

Kristus adalah Sang Sabda, Firman Allah yang tunggal, yang merupakan pusat seluruh Sejarah Keselamatan. St. Guido Conforti mencintai, mengenal, dan menghayati Sabda Allah. Ia menggunakannya dan menasihatkan orang lain untuk membacanya. Baginya, Sabda Tuhan adalah kehidupan, cahaya, kekuatan: Sabda itu menerangi budi, melatih keutamaan, mempertobatkan dan memurnikan hati. Hal yang serupa disampaikan juga kepada umat di Ravenna: saya akan menjadi pembagai misteri-misteri Allah, untuk mewartakan Sabda kehidupan kepada kalian, yang di mulut para Rasul telah membaharui muka bumi, untuk membuat kalian menjadi semakin mengenal dan mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus.

 

Kristus Tersalib

Sepanjang hidupnya, Conforti melanjutkan percakapan yang telah dimulai ketika ia masih kecil dengan figure Kristus Tersalib yang ia temui setiap hari di gereja St. Maria Ratu Damai. Pengalaman rohani semacam itu, yang menandakan titik tolak, penggerak, kekuatan dan dasar semangat misionernya, meresapi seluruh hidupnya dan seluruh karyanya sebagai gembala dari dua kawanan. Ia mengatakan: Kristus Tersalib adalah sebuah kitab agung yang telah mendidik para kudus dan harus menjadi pendidik kita. Semua pengajaran yang terdapat di dalam Kitab suci sudah dirangkum di dalam Kristus tersalib. Ia bersabda kepada kita dengan suatu kefasihan yang tidak ada duanya, yaitu dengan kefasihan darah. Ia menanamkan pada kita kerendahan haati, kemurnian, kelembutan hati, sikap lepas bebas dari segala hal duniawi, kepatuhan kepada kehendak Allah, dan lebih-lebih cinta kasih kepada Allah dan sesame.

 

Kristus dalam Ekaristi

St. Conforti bertemu dengan Kristus setiap hari dalam roti Ekaristi. Di dalam ekaristi, dia membangun hubungan penuh bakti denganNya dan membiarkan diri dibentuk olehNya. Kristus dalam ekaristi menjadi pusat hidupnya dan sasaran kegiatan pastoralnya.

Dalam surat gembalanya tentang Ekaristi pada Kongres Ekaristi di Provinsi Emilia Romagna, ia mendefinisikan sakramen itu sebagai misteri iman yang utama, misteri kasih, perluasan misteri inkarnasi, persembahan dan rangkuman dari manusia yang sudah ditebus.

Kepada para misionarisnya ia melanjutkan: Yesus dalam Sakramen Mahakudus, yang bagiNya kita menjadi imam dan rasul, hendaklah selalu menjadi pusat pikiran dan perasaan kita. Di Tabernakel kuduslah kita setiap hari menimba kembali kekuatan untuk menghadapi beban-beban baru. Kepada para imam keuskupan Parma iang mengingatkan: Waktu yang kita khususkan untuk hadir di depan Sakramen Mahakudus merupakan waktu yang paling berguna di dalam hidup dan paling menghibur di saat kematian. Dalam adorasi ini, para imam akan memetik buah lebih banyak selama seperempat jam, daripada bermacam-macam latihan rohani yang dipraktekkan sepanjang hari.